Monday, June 8, 2020

Sistem Informasi Perbankan - BI

Lender Of Last Resort adalah fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang memungkinkan Bank Indonesia membantu kesulitan pendanaan jangka pendek yang dihadapi bank. Kebijakan lender of the last resort tersebut merupakan bagian dari jarring pengaman keuangan (financial safety net) yang diperlukan dalam rangka memelihara stabilitas system keuangan.

Fasilitas lender of the last resort yang diberikan Bank Sentral kepada Bank, baik untuk situasi normal maupun untuk penanganan krisis, secara umum dapat di kategorikan kedalam dua jenis, yaitu :

1. Lender Of Last Resort Normal
Lender of last resort (LOLR) normal adalah pemberian bantuan likuiditas yang bersifat sementara oleh Bank Sentral atau Pemerintah kepada bank. Pemberian fasilitas LOLR ini harus di dukung dengan jaminan (collateral) yang cukup dan berfungsi menjaga kelancaran system pembayaran dan stabilitas moneter.

2. Lender Of Last Resort Krisis
Lender of last resort (LOLR) krisis adalah pemberian fasilitas pinjaman likuiditas kepada bank dalam rangka menghindarkan resiko sistemik pada perbankan secara keseluruhan. Pemberian fasilitas ini dapat dimungkinkan diberikankepada bank-bank yang kurang jaminan dan bank yang insolvent berdasarkan keputusanrapat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tetapi pendanaan-nya menjadi beban Pemerintah.

Pada tahun 2008 krisis sektor keuangan yang diikuti dengan pemberian FPJP kepada Bank Century sebagai upaya penyelamatan sektor keuangan, ternyata dipermasalahkan oleh beberapa pihak. Posisi Bank Indonesia sebagai pelaksana LOLR memiliki risiko terutama terkait dengan pemberian fasilitas pendanaan kepada bank yang sumbernya berasal dari keuangan negara.

Kliring

Apa itu Kliring? Kliring merupakan perhitungan utang-piutang yang ada diantara para peserta dalam bentuk surat-surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau lainnya. Kliring mampu menyelesaikan permasalahan utang-piutang secara cepat, aman, efektif, dan efisien. Kliring tidak hanya dilakukan secara manual tapi juga secara otomatis, maka dari pada itu definisi lain dari Kliring adalah sebagai pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank atas nama bank atau nasabah yang hasil perhitungannya akan diberikan pada waktu tertentu.

Berdasarkan penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan beberapa sistem sebagai berikut :
1. Sistem Manual
Dalam sistem ini, kliring bermanfaat sebagai penyelenggara dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo, serta pemilahan warkat.

2. Sistem semi-Otomasi
Dalam sistem ini, penyelenggara kliring dapat melakukan perhitungan dan pembuatan saldo bilyet secara otomatis. Tetapi pemilahan warkat dilakukan secara manual.

3. Sistem Otomasi
Sistem otomasi merupakan sistem penyelenggara kliring lokal yang selama pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring dan pemilihan warkat dapat dilaksanakan secara otomatis.

Manfaat yang diperoleh dengan penerapan Kliring adalah sebagai berikut :
- Bagi Bank Indonesia ini jadi lebih efisien baik dalam waktu dan biaya
- Tersedianya jangkauan transfer antar bank melalui kliring menjadi lebih luas dengan diakomodirnya kliring antar wilayah untuk transfer kredit
- Memenuhi prinsip manajemen resiko dalam penyelenggaraan kliring yang bersifat multilateral netting yang sesuai dengan Core Principles yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement

Jasa Kliring Bank ini merupakan salah satu dari jasa yang diberikan oleh bank komersial dan semua aktivitas transaksi bank akan dilaporkan di Laporan Keuangan Bank pada akhir suatu periode.

Thursday, April 16, 2020

Dampak Kondisi COVID19

Nama : Sephra Christine Natalie
NPM : 16116913
Kelas : 4KA04

Virus Corona sudah menyebar ke berbagai negara, bahkan virus ini sudah dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO (World Health Organization). Virus yang awalnya ditemui di kota Wuhan, China kini sudah merambah ke Indonesia. Kasus pertama dari virus corona di Indonesia sendiri pertama kali ditemukan pada tanggal 1 Maret 2020 di daerah Depok, Jawa Barat. Sudah sekitar 30hari Indonesia dilanda dengan virus corona ini, tentu sudah banyak dampak negatif yang dibawa, mulai dari dampak terhadap sosial hingga dampak terhadap ekonomi. Saat ini sudah banyak bisnis yang terpaksa gulung tikar atau berhenti sementara karena terkena dampak dari virus corona ini.  Tentu virus ini secara tidak langsung mematikan atau melumpuhkan ekonomi negara kita.

Ketua Kebijakan Publik Apindo (Wakil Ketua Umum PHRI) Sutrisno Iwantono mengungkapkan bahwa adanya potensi perekonomian Indonesia akan buruk dalam beberapa bulan kedepan. Ia menyebutkan bahwa pada Januari 2020, ekspor Indonesia tercatat US$ 13,41 miliar turun 7,16% dibandingkan periode Desember 2019 US$ 14,44 miliar. Jika dibandingkan dengan Januari 2019, ekspor juga mengalami penurunan 3,71%. Turunnya impor tentunya menjadi ancaman bagi beberapa perusahaan, karna harus terancam menghentikan kegiatan produksi dan merumahkan karyawan.

Banyak bisnis seperti bisnis perhotelan, restoran, dan pariwisata yang lainnya juga mengalami penurunan, karna adanya himbauan dari pemerintah untuk melakukan karantina mandiri untuk seluruh rakyat Indonesia dan adanya larangan untuk tidak berkumpul disuatu tempat umum. Secara tidak langsung ini mematikan banyak bisnis yang ada, baik lokal maupun internasional. Menurut Wishnutama,  "Tingkat hunian di hotel bisa mencapai nol persen. Berhentinya para wisatawan datang baik dari dalam maupun luar negeri dampaknya luar biasa. Ada sekitar 13 juta pekerja formal, belum yang informal, yang membantu sektor pariwisata. Ini bukan hal mudah," ujarnya dalam video conference bersama manajemen OVO, yang juga turut dihadiri Bareksa pada 26 Maret 2020.

Prospek pertumbuhan ekonomi dunia juga menurun akibat terganggunya rantai penawaran global, menurunnya permintaan dunia, dan melemahnya keyakinan pelaku ekonomi. Data Februari 2020 menunjukkan berbagai indikator dini global seperti keyakinan pelaku ekonomi, Purchasing Manager Index (PMI), serta konsumsi dan produksi listrik menurun tajam.

Dilansir dalam sukabumiupdate.com dalam artikel yang berjudul “Dampak Pandemi Corona Terhadap Sektor Ekonomi Indonesia”. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan "Dengan risiko ke bawah yang tetap besar, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi global 2020 turun menjadi 2,5 persen, lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 2,9 persen dan juga proyeksi sebelumnya sebesar 3,0 persen,".

Untuk membendung meluasnya dampak Covid-19 di pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis beberapa kebijakan. Di antaranya, trading halt atau pembekuan selama 30 menit jika IHSG turun 5 %. Trading halt pertama kali sepanjang sejarah pasar modal Indonesia berlangsung pada Kamis (12/3) dan telah terjadi lima kali sejak itu. Kemudian, OJK meminta PT Bursa Efek Indonesia, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia untuk memangkas waktu operasional. Langkah ini sebagai adaptasi dari kebijakan Bank Indonesia yang mempersingkat jam operasional BI Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Mulai 30 Maret 2020, waktu perdagangan di bursa efek dibagi menjadi dua sesi. Transaksi perdagangan pertama mulai pukul 09.00 hingga 11.30 dan sesi kedua dimulai dari pukul 13.30 hingga 15.00. Sedangkan hari kerjanya tetap dari Senin sampai Jumat. (Artikel "Ekonomi Indonesia dalam Skenario Terburuk Akibat Virus Corona" di katadata.co.id) .

Sampai saat ini, sudah banyak dari beberapa lembaga sosial yang menyelenggarakan aksi donasi massal untuk membantu orang orang yang terkena dampak virus corona ini. Mari kita sama sama untuk melaksanakan kampanye #DirumahAja demi menekan angka penyebaran virus di Indonesia.

Referensi :